Jumat, 31 Juli 2009

Manajemen keuangan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peran biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan.
Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yaitu semua jenis pemasukan dan pengeluaran yang berkenaan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).
Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro (nasional) maupun mikro (satuan pendidikan), dikenal beberapa kategori biaya pendidikan (Anwar,1991;Gaffar,1991;Thomas,1972).
1.Biaya langsung dan biaya tidak langsung
Biaya langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak secara langsung menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi, misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi, biaya kesehatan, dan sebagainya.
2.Biaya pribadi dan biaya sosial
Biaya pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran rumah tangga. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masayarakat untuk pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan.
3.Biaya dalam bentuk uang dan bukan bentuk uang
Dalam kenyataannya, ketiga kategori biaya pendidikan tersebut dapat bertumpang tindih, misalnya ada biaya pribadi dan sosial yang bersifat langsung dan tidak langsung serta berupa uang dan bukan uang, dan ada juga biaya langsung dan tidak langsung serta biaya pribadi dan sosial yang dalam bentuk uang maupun bukan uang.
Dilihat dari sumbernya, biaya pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari :


a.Pendapatan negara dari sektor pajak
b.Pendapatan dari sektor non-pajak
c.Keuntungan dari ekspor barang dan jasa
d.Usaha-usaha negara lainnya
e.Bantuan dalam bentuk hibah dan pinjaman luar negeri
Pada tingkat makro (satuan pendidikan), biaya pendidikan diperoleh dari :
a.Subsidi pemerintah pusat
b.Pemerintah daerah
c.Iuran siswa
d.Sumbangan masyarakat


KONSEP BIAYA PENDIDIKAN
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan. Pengeluaran sekolah dapat dikategorikan:
1.Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2.Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3.Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
4.Kesejahteraan pegawai
5.Administrasi
6.Pembinaan teknis dalam proses belajar mengajar
7.Pendataan
Dalam konsep pembiayaan pendidikan ada dua hal penting yang perlu dianalisis yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan dan biaya satuan per siswa. Biaya satuan di tingkat sekolah merupakan kumpulan biaya pendidikan di tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orangtua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per siswa merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. (Mingat, Tan, 1988)
Di dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan makro dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah siswa. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh siswa.

KONSEP PENGANGGARAN
Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran. Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.
Fungsi anggaran selain sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi kuat dan lemah. Anggaran juga berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang ditetapkan. Anggaran juga dapat dijadikan alat untuk mempengaruhi dan memotivasi pimpinan dan karyawan untuk bertindak efisien dalam menacapai sasaran-sasaran lembaga.
Jika anggaran dikehendaki sebagai alat dalam perencanaan maupun pengendalian, maka anggaran disusun berdasarkan prinsip berikut.
1.Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas
2.Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran
3.Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
4.Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai paling bawah
Hal yang sangat penting dalam penyusunan anggaran adalah bagaimana memanfaatkan dana secara efisien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas. Oleh karena itu dalam penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan. Tahapan dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut.
1.Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode anggaran.
2.Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
3.Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial.
4.Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu.
5.Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang.
6.Melakukan revisi usulan anggaran.
7.Persetujuan revisi anggaran.
8.Pengesahan anggaran.

STRATEGI PENYUSUNAN RAPBS (RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA SEKOLAH)
Pada dasarnya konsep strategi menurut Arnaldo C. Hax dan Nicholas S. Majluf dalam bukunya The strategic Concept and Process: A Progmatic Approach, 1991, ada 6 konsep strategi, yaitu :
1.Suatu pola keputusan yang integrity, koheren, dan menyatu di setiap komponen.
2.Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan dalam sasaran jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah, program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-sumber daya pendidikan.
3.Memilih jenis kemampuan, ketrampilan, pengetahuan apa saja yang mungkin akan diperlukan masyarakat di masa yang akan datang.
4.Merespons dengan cepat semua peluang dan ancaman kelemahan dan keunggulan yang ada di bidang lembaga pendidikan.
5.Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua, masyarakat, pemerintah, sampai pada internal sekolah (kepala sekolah siswa) untuk bersama-sama meningkatkan mutu sekolah.
6.Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah.

PENGAWASAN ANGGARAN
Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk ,mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Menurut Murdick pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasarnya ada tiga tahap, yaitu.
1)Menetapkan standar pelaksanaan
2)Pengukuran pelaksaan pekerjaan dibandingkan dengan standar
3)Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
Secara sedehana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu :
a)Memantau (monitoring)
b)Menilai
c)Melaporkan hasil temuan, kegiatan dilakukan terhadap kinerja aktual, baik dalam proses maupun hasilnya. Aktifitas yang sedang dan telah dilakukan terhadap kinerja aktual, baik dalam proses maupun hasilnya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pengawasan, yaitu :
a.Penetapan standar yang digunakan dalam ukuran kuantitas, kualitas, biaya, waktu.
b.Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar yang telah ditetapkan.
c.Mengidentifikasikan penyimpangan
d.Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi rekomendasi





KESIMPULAN

1.Sejauh tercantum dalam RAPBS, peranan pemerintah sangat menonjol dalam pembiayaan pendidikan. Namun RAPBS tidak dapat sepenuhnya mencerminkan beban pembiayaan pendidikan karena cakupannya hanya untuk dana yang dikelola oleh sekolah.
2.Bila dihitung dalam satuan pendidikan per-siswa distribusi dana pemerintah (yang digunakan untuk membayar gaji dan sebagian biaya operasional) telah relatif merata antar-sekolah yang berada di lokasi berbeda (kota, pinggir kota, desa).
3.Jumlah subsidi pemerintah maupun beban keluarga dalam pembiayaan pendidikan meningkat sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan.
4.Banyak hal yang harus dilalui untuk mengatur biaya pendidikan dalam tingkat makro ataupun mikro.





















Lampiran


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 48 TAHUN 2008
TENTANG
PENDANAAN PENDIDIKAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan pemerintah ini dimaksud dengan :
1.Pemerintah adalah pemerintah pusat.
2.Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, atau pemerintah kota.
3.Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan.
4.Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
5.Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau organisasi yang memiliki kepentingan dan atau kepeduliaan terhadap pendidikan.
6.Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
Pasal 2
1.Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2.Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a.Penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat
b.Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik.
c.Pihak lain selain yang dimaksud dalam (a) dan (b) yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Pasal 3
1.Biaya pendidikan meliputi :
a.Biaya satuan pendidikan;
b.Biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan; dan
c.Biaya pribadi peserta didik.
2.Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) terdiri atas :
a.Biaya investasi, yang terdiri atas :
1.Biaya investasi lahan pendidikan; dan
2.Biaya investasi selain lahan pendidikan.
b.Biaya operasi, yang terdiri atas :
1.Biaya personalia; dan
2.Biaya nonpersonalia.
c.Bantuan biaya pendidikan;dan
d.Beasiswa.
3.Biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a.Biaya investasi, yang terdiri atas :
1.Biaya investasi lahan pendidikan; dan
2.Biaya investasi selain lahan pendidikan
b.Biaya operasi, yang terdiri atas :
1.Biaya personalia; dan
2.Biaya non personalia.
4.Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huru b angka 1 dan ayat (3) huruf b angka 1 meliputi:
a.Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas:
1.Gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan
2.Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan
3.Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan
4.Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen
5.Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen
6.Tunjangan profesi bagi guru dan dosen
7.Tunjangan khusus bagi guru dan dosen
8.Maslahat tambahan bagi guru dan dosen
9.Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau guru besar
b.Biaya personalia penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, yang terdiri atas:
1.Gaji pokok
2.Tunjangan yang melekat pada gaji
3.Tunjangan struktural bagi pejabat struktural
4.Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional
Pasal 4
1.Investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah, baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan.
2.Investasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas dan atau kompetensi sumber daya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja pegawai dan atau belanja barang sesuai peratuan perundang-undangan.
3.Pengeluaran operasi personalia yang menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.
4.Pengeluaran operasi nonpersonalia yang menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
1.Pemerintah atau pemerintah daerah dapat mendanai investasi dan atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.
2.Pemerintah dapat memberikan hibah kepada daerah atau sebaliknya, untuk kepentingan pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
3.Pemerintah atau pemerintah daerah dapat memberikan hibah kepada masyarakat atau sebaliknya, untuk kepentingan pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, pasal 4 dan pasal 5 yang merupakan tanggung jawab pemerintah dialokasikan dalam anggaran pemerintah, dan yang merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dialokasikan dalam anggaran pemerintah daerah sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan























DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Dedi. Prof.Dr. 2006 . Satuan Biaya Pendidikan dasar dan menengah. Bandung: : PT. Remaja Rosdakarya
Fattah, Nanang DR. 2006 . Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Peraturan pemerintah no 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan

Metode Demonstrasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran matematika, maka pendidik hendaknya dapat memberikan penyajian pelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, pendidik juga harus memahami bahwa kemampuan setiap peserta didik barbeda-beda, serta tidak semua siswa menyukai pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh pendidik, sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Setiap konsep matematika yang abstrak yang baru dipahami oleh peserta didik perlu diberi penguatan, agar bertahan lama dalam memori peserta didik, sehingga akan melekat pada pola piker dan tindakannya.
Oleh karenanya diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja. Maka pembelajaran dengan perbuatan dan pengertian yang lebih singkat disebut dengan demonstrasi kami. Metode ini mungkin dapat membantu para pendidik untuk bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Pendidik dan peserta didik bisa sama-sama aktif dan efektif dalam proses pembelajaran.


B. Rumusan Masalah
1.Apakah yang di maksud dengan metode demonstrasi?
2.Bagaimana penerapan metode demonstrasi terhadap proses pembelajaran matematika ?
3.Apa kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi?


C. Tujuan Masalah
1.Mengenalkan kepada guru dan siswa mengenai metode demonstrasi
2.Menjelaskan penerapan metode demonstrasi dalam mata pelajaran matematika
3.Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi

























BAB II
KAJIAN TEORI

A.Strategi
Beberapa ahli mengemukakan definisi strategi pembelajaran seperti:
Kemp(1955) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dick dan Carey(1985) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Raka Joni(1980) berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru-siswa didalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Menurut T. Raka Joni (1984) strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan, dasar-dasar klasifikasinya dapat ditinjau dari (1) pengaturan guru dan siswa (2) pengolahan pesan (3) struktur peristiwa belajar mengajar (4) tujuan mengajar.
Dari segi pengolahan pesan, strategi pembelajaran dikelompokkan menjadi dua (1) perananan guru dan siswa dalam mengolah pesan (2) proses pengolahan pesan, dan dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan dapat di bagi menjadi (1) strategi ekspositorik (2) strategi heuristic.
Strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru, artinya guru aktif memberi penjelasan atau informasi secara terperinci tentang bahan pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi ini adalah penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pebimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai perolehan informasi sedangkan siswa lebih berperan sebagai pencari/penerima informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber belajar, dan menyelesaikan tugas yang yang telah diberikan.
Sedangkan strategi heuristic merupakan strategi yang menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan belajar. Strategi ini berpusat pada siswa dan bertujuan untuk mengembangkan intelektual, berpikir kritis, dan memecahkan masalah dari para siswa. Peran guru dalam strategi ini adalah menciptakan suasana berpikir sehingga murid berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilitator dalam pembelajaran, dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa, sebagai pembimbing, pendorong keberanian berpikir alternative dalam memevahakan masalah, dan peranan siswa adalah pengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta penemu pemecahan masalah.
Dalam pembahasan ini, kami mengambil stategi heuristic, karena siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

B.Pendekatan
Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut T. Raka Joni (1993) diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) berarti proses, perbuatan, cara mendekati.
Elliot, dkk. (2000) mengemukakan tentang konsep dasar tentang belajar menurut teori kognitif meliputi : (a) schemata (b) pendekatan utama belajar (c) konstruktivisme.
Sesuai dengan bahasan kami pendekatan yang sesuai adalah pendekatan konstruktivisme. Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuannya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula. Dengan kata lain, manusia tak kenal objektif, kenyataan yang benar merupakan bagian dari interpretasi mereka sendiri tentang hal itu karena semua pengetahuan disaring dan diinterpretasi berdasarkan pengalaman yang lampau dan apa yang telah diketahui. Para ahli teori konstuktif percaya bahwa pengetahuan itu dapat begitu saja dipindahkan dari otak seorang guru ke kepala yang diajar (siswa). Siswa sendiri harus mengartikan atau memberi makna apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. (Lorsbach & Tobin, 1992 dalam suparno 1997).

C. Model
Menurut Adrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Ea (1981) mengungkapkan 5 model pembelajaran dalam konteks perencanan program. Dalam pembahsan kami model pembelajaran kami menggunakan satu model yaitu Experiential Learning Model (model belajar melalui pengalaman) atau eksperimen.
Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak berhubungan dengan suatu bidang study atau mata pelajaran khusus. Model ini didasarkan pada temuan-temuan piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak-anak berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan mereka yang membingungkan atau nampak bertentangan. Oleh sebab itu, apabila model ini digunakan, waktu belajar harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan rasa ingin tahu siswa dan menarik seluruh perhatian mereka.
Model ini menitik beratkan pada cara-cara siswa memproses informasi, pertumbuhan pribadi, dan keterampilan berinteraksi sosial. Untuk menggunakan model ini secara efektif, maka seorang guru harus:
Menyediakan benda-benda atau bahan-bahan konkrit untuk digunakan, ditelaah, atau di teliti oleh siswa
Menyediakan serangkaian kegiatan yang cukup jelas sehingga menjamin pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan mereka
Mengatur kegiatan-kegiatan sehinga siswa yang berbeda tingkat, perkembangan kognitifnyaakan belajar satu sama lain
Mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk mengungkapkan alasan-alasan siswa yang mendasari respons-respons mereka
Menciptakan lingkungan kelas yang dapat menungkatkan perkembangan proses-proses kognitif

























BAB III
PEMBAHASAN

A.Metode pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode mengandung arti cara teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dan menurut T. Raka Joni (1993) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam makalah ini kami membahas tentang metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Dalam metode ini tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru dan nantinya dilanjutkan dengan demonstrator untuk memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya ukuran suatu ruangan dengan menggunakan konsep matematika. Metode demonstrasi biasa digunakan jika siswa ingin mengetahui tentang bagaimana mengaturnya, bagaimana proses mengerjakannya, bagaimana proses membuatnya, dan terdiri dari apa.

B.Penerapan metode demonstrasi
Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
1)Tahap persiapan
Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:
Merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir, yang meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, diperlukan sebagai panduan.
Melakukan uji coba demonstrasi.
2)Tahap pelaksanaan
a)Langkah pembukaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
Mengemukakan tujuan yang akan dicapai oleh siswa.
Menjelaskan tugas-tugas apa yang harus dilakukan olah siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam pelaksanaan demonstrasi.

b)Langkah pelaksanaan demonstrasi
Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.
Ciptakan suasana yang menyenangkan dan hindari suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c)Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila proses demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

C.Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi
Metode demonstrasi ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain :
Kelebihan Metode Demonstrasi
1.Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju pada hal yang lain
2.Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila di bandingkan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.
3.Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan
4.Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi
5.Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi siswa akan terus aktif secara fisik dan mental
6.Dengan cara mengamati secara langsung, siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan

Kelemahan Metode Demonstrasi
1.Memerlukan persiapan yang lebih matang , sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak
2.Memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah
3.Memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa
4. Demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa
5.Kadang suatu demonstrasi menjadi kurang bermakna jika tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya



















PENUTUP

Kesimpulan
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Tetapi dalam proses pembelajaran matematika metode ini tidak dapat diaplikasikan dalam berbagai materi, tetapi hanya beberapa saja yang dapat diaplikasikan, seperti materi bangun ruang atau dimensi tiga, contohnya pengaplikasiannya yaitu pada kubus.
Secara umum penerapan metode demonstrasi ini meliputi tiga tahapan :
1.Tahap persiapan
2.Tahap pelaksanaan
3.Tahap mengakhiri proses demonstrasi
Metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam berbagai hal.
Saran
Sebaiknya para pendidik tidak hanya berpusat pada satu metode saja, tetapi menggunakan metode yang berbeda dalam setiap materi pembelajaran yang diberikan, dan pendidik harus mempersiapkan dengan detail dalam proses penerapan metode tersebut.







DAFTAR PUSTAKA
Sanjana, Wina .2007.Strategi Pembelaajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
Saemmiawan, Conny.1985.Pendekatan Ketrampilan Proses.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia
Sunaryo, Hari.2002.Strategi belajar Mengajar. Malang: UMM Press
Taufik, Marhan,Ahsanul In’am,dkk.2002.Menggagas Pendidikan Masa Depan.Malang:UMM Press